Rabu, 01 Oktober 2014

sejarah roti buaya

Roti ini mulai dikenal di Jakarta saat masuknya bangsa Eropa ke Indonesia.


Jakarta, Aktual.co — Bagi adat Betawi, pasti tak asing lagi jika menyediakan roti buaya yang menjadi salah satu “seserah” yang wajib ada dalam pernikahan dengan menggunakan adat Betawi. Ternyata, tidak hanya dijadikan sebuah ikon dalam upacara pernikahan, roti buaya memiliki historis yang cukup unik sehingga dijadikan simbol pernikahan.

Konon katanya, roti buaya terinspirasi sebagai budaya karena perilaku buaya yang menikah hanya sekali seumur hidupnya. Buaya termasuk hewan perkasa & hidup di dua alam, ini dijadikan lambang dari harapan agar rumah tangga menjadi tangguh & mampu bertahan hidup di mana aja. Roti Buaya ini dibuat sepasang, yang betina ditandai dengan roti buaya kecil yg diletakan di atas punggungnya atau di samping. Maknanya adalah kesetiaan berumah tangga sampai beranak cucu.Tidak hanya itu, menurut keyakinan warga Betawi, roti merupakan simbol kemapanan ekonomi yang berarti selain pasangan yang menikah terjalin dalam balutan kesetiaan, mereka akan memiliki masa depan yang mapan.

Roti ini mulai dikenal di Jakarta saat masuknya bangsa Eropa ke Indonesia. Bangsa Eropa menjadikan bunga sebagai simbol pernikahan yang mewakili kesakralan. Nah, darisini, Betawipun mencari sebuah simbol untuk pernikahan adatnya, melihat filosofi dari kehidupan buaya, maka dipilihlan roti buaya sebagai simbol pernikahan yang suci.

Roti buaya yang biasanya berukuran 50 cm ini dijadikan “seserahan” oleh mempelai laki-laki. Roti Buaya ini diberikan pada sanak keluarga yang belum menikah saat selesai akad nikah. Budaya ini dilakukan sebagai bentuk harapan agar para saudara tertular untuk segera mendapatkan jodoh.  

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Followers

Blogger templates

Blogger templates

Popular posts