Sejarah Skinhead Dalam Perubahan Sosial
( Kasus Warga Pribumi Inggris dengan Imigran Pakistan )
( Kasus Warga Pribumi Inggris dengan Imigran Pakistan )
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah PSDP
Disusun oleh
Rd Adhi G Ahmad
170410060035
Rd Adhi G Ahmad
170410060035
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU PEMERINTAHAN
2010
Skinhead
Skinhead adalah suatu sub-budaya yang lahir di London, Inggris pada akhir tahun 1960-an. Sekarang Skinhead sudah menyebar ke seluruh belahan bumi. Nama Skinhead merujuk kepada para pengikut budaya ini yang rambutnya dipangkas botak.
Meskipun Skinhead banyak diasosiasikan dengan kelompok orang-orang yang rasis dan Neo-Nazi, namun Skinhead yang sebenarnya tidaklah Neo-Nazi, karena pada awalnya Skinhead adalah kaum tertindas dari kelas pekerja (utamanya buruh pelabuhan) di London, Inggris. Skinhead juga bisa merujuk kepada kepada kelompok orang (biasanya remaja) yang merupakan fans musik Oi!/streetpunk dan juga punk.
Oi!
Oi! berarti hello dalam aksen cockney di Inggris. Oi! musik bermula di akhir 70-an setelah kemunculan Punk Rock. Ketika gelombang pertama punk menyerang, band seperti Sham69, The Business, dan Cock Sparrer sudah bernyanyi tentang hidup di jalanan di saat Sex Pistols mencoba memulai "Anarchy In the Uk". Lalu reality punk atau street punk dimulai dengan Sham 69 dan Sparrer, seperti juga Slaughter and The Dogs juga Menace.
Oi! adalah musik untuk semua dan semua orang yang berjalan di jalanan kota dan melihat rendah pada kaum elit dapat dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang bekerja sepanjang hari sebagai budak gaji dapat dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang selalu merasa berbeda, juga dapat dihubungkan dengan Oi!. Musik Oi! tidak memandang perbedaan ras, warna, dan kepercayaan. "Oi! music is about having a laugh and having a say, plain and simple...."
Sejarah
Ketika era 80-an menyerang dan punk rock mendapatkan nafas baru, Oi! menjadi bagian yang solid dari pergerakan itu, yang diperkenalkan oleh Garry Bushell, penulis di Sounds, koran musik di Inggris. Garry percaya bahwa punk rock adalah musik protes dan mengumpulkan semua band street punk di bawah bendera Oi! seperti The Business, The 4-skins, Combat 84, Infariot, dan Last Resort menyerbu Punk Scene dengan jenis realita mereka. Seperti motto Last Resort, "No Mess, No Fuse, just Pure Impact!"
Musik Oi! mulai meredup di akhir 80-an. Dan di Amerika, hardcore adalah musik yang didengar oleh Skinhead. Dapat dikatakan bahwa musik Oi! bukan hanya musiknya Skinhead.
Oi! dan rasisme
Pertama orang mendengar Oi! pasti identik dengan Skinhead, sementara skinhead identik dengan rasisme. Jadi kesalahpahaman yang muncul, Oi! adalah musik rasis. Budaya ini mulai dengan masuknya imigran Jamaika ke Inggris. Cara berpakaian skinhead diadopsi dari Rude boys (inget Ska) dan Mods, tapi dengan tampilan yang lebih Tough dan Rough. Skinhead sebenarnya juga tidak rasis, image skinhead disalahgunakan oleh kaum Neo-Nazi untuk menciptakan karakter yang keras. tetapi sesungguhnya bahwa skinhead bukanlah seorang yang rasist,dan perlu di ketahui bahwa image skinhead yang sesungguhnya memanglah keras bukan berarti rasisme.
Lirik
Lirik-lirik dalam Oi! cenderung bercerita tentang anti-rasis/fasis, hidup sebagai skinhead, protes, sepak bola, bir, dan sedikit kekerasan! jangan lupa beberapa lagu Cock Sparrer bercerita tentang CINTA. silakan cek. Pendengar musik ini selain Skinhead juga ada Punks, Rude boys, Mods, dan Herberts. Yang dimaksud dengan Herberts adalah orang-orang yang suka dengan Oi! tapi bukan skinhead atau punks. Mereka hanya orang-orang biasa yang cinta dengan Oi!.
Di Indonesia
Di Bandung sendiri, Oi! dimulai pertengahan 90-an diawali dengan Runtah. Ketika terjadi booming Ska di Indonesia, bermunculan banyak Skinhead, entah mereka hanya poseurs, trendy wankers ataupun a true SKINHEAD itselfs. Seiring dengan "mati"-nya tren ska karena dihantam secara dahsyat oleh major label, maka menghilang pulalah Skinhead. Tapi ingat, setiap hilangnya suatu tren bukan berarti hilang pula subkultur yang tercipta atau terbawa oleh trend tersebut. Walaupun sedikit, tapi Skinhead di Indonesia, di Bandung khususnya still going strong and getting bigger. Ada beberapa organisasi Skinhead di dunia yang masuk ke Indonesia. Antara lain adalah Red Anarchist Skinhead dan Skinhead Against Racial Prejudice. Bahkan Neo-Nazi Skinhead sendiri ada di negara kulit berwarna seperti Indonesia ini. tapi organisasi itu hanya berkembang di Bandung. di Yogyakarta para Skinhead umumnya sudah mengerti asal muasal sub Kultur ini. di jokja beberapa skinhead memainkan ska selain Oi! dan Hardcore.
Sampai saat ini sudah banyak sekali band Oi! di Bandung, seperti Haircuts, Rentenir, Battle 98, The Real Enemy, Sanfranskins, One Voice, dan banyak lagi. Karena gelombang Skinhead Rasis yang mulai meresahkan maka Dido Fatwa dari The Real Enemy, Djockie dari Rentenir, Boy dari Haircuts dan seorang kawan yang juga skinhead bernama Olan membuat sebuah band bernama Combat 34 yang sangat anti rasis, nama band ini adalah ejekan untuk skinhead rasis di Jakarta yg menamakan diri COMBAT 18 Indonesia, lagu-lagu mereka bercerita tentang apa gunanya jadi rasis di Indonesia, ajakan berkelahi untuk para skinhead rasis, dan pastinya juga tentang sepak bola, perkelahian di jalan, dengan moto mereka "Sometimes Anti-Social but Always Anti-Racist". Band-band ini sudah merilis beberapa kompilasi dan mini album di bawah naungan United Races Records yang berlokasi di gedung Miramar lantai dasar sebelah Palaguna. Sekarang Gd. Miramar ini sudah tidak ada, dan kita dapat menemui mereka di P.I. (Pasar Induk) yang berlokasi di belakang mal Bandung Indah Plaza. Jangan lupakan kota pelajar, Yogyakarta, disini ada banyak band2 Oi!/streetpunk, mereka masing2 memiliki ciri yang berbeda antar bandnya, seperti Captain Oi!, Sardonic, Dom 65, Elang Bondol, Selokan Mataram, Bala Nusantara dan masih banyak lagi, selain banyak yang sudah RIP, band2 ini berada di bawah naungan Realino Records, Ruckson Music (milik salah satu personel Dom 65), Unite n Strong. skinhead di Yogyakarta dapat ditemui di daerah jalan Mataram. Ada beberapa album baik full ataupun kompilasi yang telah beredar.
Di Jakarta sendiri scene skinhead cukup berkembang dengan baik. Kita dapat menemui banyak skinhead di seputaran kota ini. Mulai dari Trad Skins, SHARP Skins, sampai yang Rasis pun ada. Band-band Oi! asal Jakarta antara lain adalah The End, Anti-Squad, Garuda Botak, the Gross, the Bretel, dan lainnya.
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU PEMERINTAHAN
2010
Skinhead
Skinhead adalah suatu sub-budaya yang lahir di London, Inggris pada akhir tahun 1960-an. Sekarang Skinhead sudah menyebar ke seluruh belahan bumi. Nama Skinhead merujuk kepada para pengikut budaya ini yang rambutnya dipangkas botak.
Meskipun Skinhead banyak diasosiasikan dengan kelompok orang-orang yang rasis dan Neo-Nazi, namun Skinhead yang sebenarnya tidaklah Neo-Nazi, karena pada awalnya Skinhead adalah kaum tertindas dari kelas pekerja (utamanya buruh pelabuhan) di London, Inggris. Skinhead juga bisa merujuk kepada kepada kelompok orang (biasanya remaja) yang merupakan fans musik Oi!/streetpunk dan juga punk.
Oi!
Oi! berarti hello dalam aksen cockney di Inggris. Oi! musik bermula di akhir 70-an setelah kemunculan Punk Rock. Ketika gelombang pertama punk menyerang, band seperti Sham69, The Business, dan Cock Sparrer sudah bernyanyi tentang hidup di jalanan di saat Sex Pistols mencoba memulai "Anarchy In the Uk". Lalu reality punk atau street punk dimulai dengan Sham 69 dan Sparrer, seperti juga Slaughter and The Dogs juga Menace.
Oi! adalah musik untuk semua dan semua orang yang berjalan di jalanan kota dan melihat rendah pada kaum elit dapat dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang bekerja sepanjang hari sebagai budak gaji dapat dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang selalu merasa berbeda, juga dapat dihubungkan dengan Oi!. Musik Oi! tidak memandang perbedaan ras, warna, dan kepercayaan. "Oi! music is about having a laugh and having a say, plain and simple...."
Sejarah
Ketika era 80-an menyerang dan punk rock mendapatkan nafas baru, Oi! menjadi bagian yang solid dari pergerakan itu, yang diperkenalkan oleh Garry Bushell, penulis di Sounds, koran musik di Inggris. Garry percaya bahwa punk rock adalah musik protes dan mengumpulkan semua band street punk di bawah bendera Oi! seperti The Business, The 4-skins, Combat 84, Infariot, dan Last Resort menyerbu Punk Scene dengan jenis realita mereka. Seperti motto Last Resort, "No Mess, No Fuse, just Pure Impact!"
Musik Oi! mulai meredup di akhir 80-an. Dan di Amerika, hardcore adalah musik yang didengar oleh Skinhead. Dapat dikatakan bahwa musik Oi! bukan hanya musiknya Skinhead.
Oi! dan rasisme
Pertama orang mendengar Oi! pasti identik dengan Skinhead, sementara skinhead identik dengan rasisme. Jadi kesalahpahaman yang muncul, Oi! adalah musik rasis. Budaya ini mulai dengan masuknya imigran Jamaika ke Inggris. Cara berpakaian skinhead diadopsi dari Rude boys (inget Ska) dan Mods, tapi dengan tampilan yang lebih Tough dan Rough. Skinhead sebenarnya juga tidak rasis, image skinhead disalahgunakan oleh kaum Neo-Nazi untuk menciptakan karakter yang keras. tetapi sesungguhnya bahwa skinhead bukanlah seorang yang rasist,dan perlu di ketahui bahwa image skinhead yang sesungguhnya memanglah keras bukan berarti rasisme.
Lirik
Lirik-lirik dalam Oi! cenderung bercerita tentang anti-rasis/fasis, hidup sebagai skinhead, protes, sepak bola, bir, dan sedikit kekerasan! jangan lupa beberapa lagu Cock Sparrer bercerita tentang CINTA. silakan cek. Pendengar musik ini selain Skinhead juga ada Punks, Rude boys, Mods, dan Herberts. Yang dimaksud dengan Herberts adalah orang-orang yang suka dengan Oi! tapi bukan skinhead atau punks. Mereka hanya orang-orang biasa yang cinta dengan Oi!.
Di Indonesia
Di Bandung sendiri, Oi! dimulai pertengahan 90-an diawali dengan Runtah. Ketika terjadi booming Ska di Indonesia, bermunculan banyak Skinhead, entah mereka hanya poseurs, trendy wankers ataupun a true SKINHEAD itselfs. Seiring dengan "mati"-nya tren ska karena dihantam secara dahsyat oleh major label, maka menghilang pulalah Skinhead. Tapi ingat, setiap hilangnya suatu tren bukan berarti hilang pula subkultur yang tercipta atau terbawa oleh trend tersebut. Walaupun sedikit, tapi Skinhead di Indonesia, di Bandung khususnya still going strong and getting bigger. Ada beberapa organisasi Skinhead di dunia yang masuk ke Indonesia. Antara lain adalah Red Anarchist Skinhead dan Skinhead Against Racial Prejudice. Bahkan Neo-Nazi Skinhead sendiri ada di negara kulit berwarna seperti Indonesia ini. tapi organisasi itu hanya berkembang di Bandung. di Yogyakarta para Skinhead umumnya sudah mengerti asal muasal sub Kultur ini. di jokja beberapa skinhead memainkan ska selain Oi! dan Hardcore.
Sampai saat ini sudah banyak sekali band Oi! di Bandung, seperti Haircuts, Rentenir, Battle 98, The Real Enemy, Sanfranskins, One Voice, dan banyak lagi. Karena gelombang Skinhead Rasis yang mulai meresahkan maka Dido Fatwa dari The Real Enemy, Djockie dari Rentenir, Boy dari Haircuts dan seorang kawan yang juga skinhead bernama Olan membuat sebuah band bernama Combat 34 yang sangat anti rasis, nama band ini adalah ejekan untuk skinhead rasis di Jakarta yg menamakan diri COMBAT 18 Indonesia, lagu-lagu mereka bercerita tentang apa gunanya jadi rasis di Indonesia, ajakan berkelahi untuk para skinhead rasis, dan pastinya juga tentang sepak bola, perkelahian di jalan, dengan moto mereka "Sometimes Anti-Social but Always Anti-Racist". Band-band ini sudah merilis beberapa kompilasi dan mini album di bawah naungan United Races Records yang berlokasi di gedung Miramar lantai dasar sebelah Palaguna. Sekarang Gd. Miramar ini sudah tidak ada, dan kita dapat menemui mereka di P.I. (Pasar Induk) yang berlokasi di belakang mal Bandung Indah Plaza. Jangan lupakan kota pelajar, Yogyakarta, disini ada banyak band2 Oi!/streetpunk, mereka masing2 memiliki ciri yang berbeda antar bandnya, seperti Captain Oi!, Sardonic, Dom 65, Elang Bondol, Selokan Mataram, Bala Nusantara dan masih banyak lagi, selain banyak yang sudah RIP, band2 ini berada di bawah naungan Realino Records, Ruckson Music (milik salah satu personel Dom 65), Unite n Strong. skinhead di Yogyakarta dapat ditemui di daerah jalan Mataram. Ada beberapa album baik full ataupun kompilasi yang telah beredar.
Di Jakarta sendiri scene skinhead cukup berkembang dengan baik. Kita dapat menemui banyak skinhead di seputaran kota ini. Mulai dari Trad Skins, SHARP Skins, sampai yang Rasis pun ada. Band-band Oi! asal Jakarta antara lain adalah The End, Anti-Squad, Garuda Botak, the Gross, the Bretel, dan lainnya.
Tali pinggang atau braces Bomber Jacket Arnold Palmer
Seluar Jeans - Levis - Lee - Wrangler Slack - Sta-Pres - Diekies
Kasut Boot - Dr. Marten - Monkey Boot - Underground - Steel-Toe Snikers
- Adidas
- Adidas
Jaket Levis Wrangler Harrington
Skinheads ada dua cabang iatu New Traditional dan Traditional.
Traditional Skinheads punya peringkat: Football Hardworking Sex & Violence Drunk Together Riot & Chaos
Skinheads menggemari Hang Out atau melepak di Snooker dan juga Pub.
Boot juga dianggap sebagai senjata utama bagi Skinheads.
Skinheads ditubuhkan pada tahun 60an dan mula berkembang pada tahun 1964 iatu di bandar Chelsea, England.
Sham 69 ialah band pertama yang memainkan muzik Punk Oi! yang diketuai oleh Earry Bushers.
Fighting 84 ialah pergaduhan terbesar antara Punk dan Skinheads di England pada tahun 1984 yang melibatkan 5000 orang Punk dan Skinheads.
Pada tahun 1971 Skinheads telah dilihat oleh khalayak ramai iatu seramai 300 orang di bandar Chelsea.
Pada tiap-tiap, Sabtu Skinheads berkumpul di padang bola sepak untuk menyokong pasukan bola tempatan.
S.H.A.R.P ialah perkataan yang telah diberi oleh Jimpesy iatu orang kuat Punk Oi!
Pada tahun 1971, Jimpesy telah menubuhkan Football Team.
impesy telah meminta kebenaran dari Queen Chelsea untuk menubuhkan Football Team untuk Skinheads.
Skinheads hendaklah menghentakkan kaki mereka sebelum masuk ke padang sebagai memperingati jasa yang dicurahkan oleh Jimpesy untuk Skinheads Football.
Football Hooligans = Penonton Skinheads yang suka membuat huru-hara di stadium bola sepak.
Hooligans = Kuasa besar.
Hooo! Budak Skinheads yang pergi menonton perlawanan bola sepak pada tahun 1968.
T-shirt Freed Perry yang bewarna hitam adalah yang pertama dikeluarkan dibahagian utara.
Warna hitam, kuning dan putih adalah warna bagi baju Freed Perry pada tahun 1971.
Pengasas Oi! ialah wartawan dari akhbar The Sun yang bernama Garry Bushell.
Riot membawa maksud rusuhan dan sewaktu rusuhan ini berlaku, Skinheads yang memakai braces hendaklah melepaskan braces mereka sewaktu merusuh.
Fesyen rambut botak telah dimajukan oleh Skinheads pada tahun 1964 .
Skinheads telah menamakan fesyen rambut Suede Head.
Suede Head sesuai dengan Skinheads yang working class.
Hippy ialah potongan rambut yang sederhana.
Skinheads tidak menyukai rambut Hippy dan menukar pada rambut botak pada tahun 1964.
Fresh Cut = Potongan ini sesuai untuk ahli Skinheads yang baru ataupun New Comers dalam scane Skinheads.
Sham 69 tidak menyukai Skinheads, kerana Skinheads membuat huru-hara di gig Punk di London.
Salah seorang Skinheads hendaklah menyebut Vehaviour sebelum memulakan Riot.
Skin dan Tren : Gemar mengubah tekanan. Gemar mengkaji. Gemar menyembahkan sytle mereka
Skinheads juga bergabung dengan berbagai jenis pakaian termasuklah di barat India.
Uniform juga boleh dikenali sebagai Edwardian.
New Look seluar ketat yang dipakai oleh Skinheads di bandar New Look.
Braces dibahagikan kepada banyak warna dan berbagai maksud : Kuning = Bunuh Polis Merah = Kejam / Nazi Putih = Nazi Hitam = Traditional
Tali kasut juga diabahagikan kepada banyak warna dan berbagai maksud : Hitam = Traditional, SHARP Merah = Nazi, National Front, Kumunis Putih = White Power Pink = Gayskin Biru = Penyokong Chelsea, Fuck Polis
Hammerskin merupakan Skinheads di England yang menamakan diri mereka sebagai menonton “Up Againt The Wall”.
Nutty Skinheads dikenali sebagai Skinheads yang berfikir gila-gila.
Rudeboy adalah gelaran bagi budak nakal, budak jalanan, dan kurang ajar yang berkulit hitam.
Skinheads telah meniru pakaian Rudeboy seperti Longcoat yang dilihat di bandar Brixton.
Miewa Break seorang jurulatih pasukan bola Skinheads.
Nick Knigt seorang photographer dan suka mengkaji alam sekeliling.
Harry mempunyai nama samaran iatu Duck.
Pada sebelah tengah hari One Hot, Nick Knigt telah berjumpa dengan Harry The Duck untuk membincangkan masalah Skinheads pada tahun 1981.
Harps = Hawahansian Againts Racial Prejudice.
SCAR = Skinheads Culture Anti Racist.
A.P.I = Skinheads Jamaica telah menubuhkan satu parti iatu Anti Paki League.
B.N.P = British Nazi Parti
Swastika = Nazi
Niggies = Kerajaan
Old Biddies = Polis
RASH SKIN
Skinhead Merah dan Anarkis (lebih populer dengan sebutan dalam bahasa Inggris : Red and Anarchist Skinheads atau disingkat RASH) adalah sebuah jaringan informal dari skinhead-skinhead sayap kiri/anarkis yang independent, dengan grup-grup yang tersebar diseluruh dunia, dengan menggunakan berbagai level cara berkomunikasi den koordinasi, tetapi tidak pernah lebih menekankan kepada pendekatan struktural.
RASH secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1993 oleh para anggota Mayday Crew, sebuah kelompok skinhead sayap kiri yang berlokasi di kawasan kota New York. Kemudian dalam waktu singkat diserukan untuk membangun sebuah jaringan keluar, akhirnya didirikanlah RASH ditempatlain diberbagai negara diseluruh dunia.
P.U.N.K
Skinhead Merah dan Anarkis (lebih populer dengan sebutan dalam bahasa Inggris : Red and Anarchist Skinheads atau disingkat RASH) adalah sebuah jaringan informal dari skinhead-skinhead sayap kiri/anarkis yang independent, dengan grup-grup yang tersebar diseluruh dunia, dengan menggunakan berbagai level cara berkomunikasi den koordinasi, tetapi tidak pernah lebih menekankan kepada pendekatan struktural.
RASH secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1993 oleh para anggota Mayday Crew, sebuah kelompok skinhead sayap kiri yang berlokasi di kawasan kota New York. Kemudian dalam waktu singkat diserukan untuk membangun sebuah jaringan keluar, akhirnya didirikanlah RASH ditempatlain diberbagai negara diseluruh dunia.
P.U.N.K
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.
Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.
Gaya hidup dan Ideologi
Psikolog brilian asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).
Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).
Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.
Akibatnya punk dicap sebagai musik rock n’ roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Gaya hidup ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata "ideas" dan "logos" yang berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat ini mulai mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu manfaatkan media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing.
Punk dan Anarkisme
Lihat juga Anarko-punk
Kegagalan Reaganomic dan kekalahan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam di tahun 1980-an turut memanaskan suhu dunia punk pada saat itu. Band-band punk gelombang kedua (1980-1984), seperti Crass, Conflict, dan Discharge dari Inggris, The Ex dan BGK dari Belanda, MDC dan Dead Kennedys dari Amerika telah mengubah kaum punk menjadi pemendam jiwa pemberontak (rebellious thinkers) daripada sekadar pemuja rock n’ roll. Ideologi anarkisme yang pernah diusung oleh band-band punk gelombang pertama (1972-1978), antara lain Sex Pistols dan The Clash, dipandang sebagai satu-satunya pilihan bagi mereka yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap otoritas negara, masyarakat, maupun industri musik.
Di Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal menurut para pencetusnya, yaitu William Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri.
Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.
Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Punk etika semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself/lakukan sendiri).
Keterlibatan kaum punk dalam ideologi anarkisme ini akhirnya memberikan warna baru dalam ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan tersendiri dalam gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai ideologi lazim disebut dengan gerakan Anarko-punk.
Punk di Indonesia
Berbekal etika DIY, beberapa komunitas punk di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro.
CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja Levi’s, Adidas, Nike, Calvin Klein, dan barang bermerek luar negeri lainnya.
Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.
Gaya hidup dan Ideologi
Psikolog brilian asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).
Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).
Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.
Akibatnya punk dicap sebagai musik rock n’ roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Gaya hidup ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata "ideas" dan "logos" yang berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat ini mulai mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu manfaatkan media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing.
Punk dan Anarkisme
Lihat juga Anarko-punk
Kegagalan Reaganomic dan kekalahan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam di tahun 1980-an turut memanaskan suhu dunia punk pada saat itu. Band-band punk gelombang kedua (1980-1984), seperti Crass, Conflict, dan Discharge dari Inggris, The Ex dan BGK dari Belanda, MDC dan Dead Kennedys dari Amerika telah mengubah kaum punk menjadi pemendam jiwa pemberontak (rebellious thinkers) daripada sekadar pemuja rock n’ roll. Ideologi anarkisme yang pernah diusung oleh band-band punk gelombang pertama (1972-1978), antara lain Sex Pistols dan The Clash, dipandang sebagai satu-satunya pilihan bagi mereka yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap otoritas negara, masyarakat, maupun industri musik.
Di Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal menurut para pencetusnya, yaitu William Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri.
Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.
Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Punk etika semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself/lakukan sendiri).
Keterlibatan kaum punk dalam ideologi anarkisme ini akhirnya memberikan warna baru dalam ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan tersendiri dalam gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai ideologi lazim disebut dengan gerakan Anarko-punk.
Punk di Indonesia
Berbekal etika DIY, beberapa komunitas punk di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro.
CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja Levi’s, Adidas, Nike, Calvin Klein, dan barang bermerek luar negeri lainnya.
Anarko PUNK
Anarko-punk adalah bagian dari gerakan punk yang dilakukan baik oleh kelompok, band, maupun individu-individu yang secara khusus menyebarkan ide-ide Anarkisme. Dengan kata lain, Anarko-punk adalah sebuah sub-budaya yang menggabungkan musik punk dan gerakan politik Anarkisme. Tidak semua punk diiidentikkan dengan anarkisme. Namun, anarkisme memiliki peran yang signifikan dalam punk. Begitu juga sebaliknya, punk memberikan pengaruh yang besar pada wajah dunia anarkisme kontemporer.
Beberapa band punk penting yang cukup popular dan dianggap sebagai pelopor dari gerakan anarko-punk antara lain Crass, Conflict, dan Subhumans. Sedangkan di indonesia beberapa band anarko-punk yang cukup populer antara lain Marjinal, Bunga Hitam, dan lain sebagainya.
Beberapa isu politik yang banyak diangkat oleh anarko-punk antara lain dukungannya terhadap gerakan anti perang, hak hidup satwa, feminisme, isu lingkungan, kebersamaan, anti kapitalisme, dan beberapa kasus-kasus yang juga banyak diangkat oleh para anarkis pada umumnya.
ANARKHISME
Anarkisme atau dieja anarkhisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuh suburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan.
Secara spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki berarti koordinasi dan pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan secara luas sebagai pihak yang superior dalam wilayah ekonomi, politik dan administratif (baik pada ranah publik maupun privat).
Anarko-skinhead
Anarko-skinhead atau Anarko-skin adalah sebutan untuk sebuah gerakan anarkisme yang dilakukan oleh para Skinhead, mereka adalah kelompok skinhead anti-fasis yang fanatik, dan juga berasal dari kelas pekerja. Kebanyakan dari mereka bergabung dengan kelompok-kelompok anarkis seperti ASAP (Anarchist Skins and Punks/Kelompok Skinhead dan Punk Anarkis) di Amerika Serikat dan FASH (Federacion Anarco-Skinhead/Federasi Anarcho-skinhead) di Spanyol dan sebagian wilayah Amerika Latin. Beberapa lainnya bergabung dengan kelompok anti-rasis seperti SHARP (Skinheads Against Racial Prejudice) atau kelompok kiri seperti RASH (Red and Anarchist Skinheads). Serta banyak juga yang tidak bergabung dengan kelompok politik manapun.
Skinhead Berasal dari England ..( budaya pakaian sehari-hari)
Anarko-punk adalah bagian dari gerakan punk yang dilakukan baik oleh kelompok, band, maupun individu-individu yang secara khusus menyebarkan ide-ide Anarkisme. Dengan kata lain, Anarko-punk adalah sebuah sub-budaya yang menggabungkan musik punk dan gerakan politik Anarkisme. Tidak semua punk diiidentikkan dengan anarkisme. Namun, anarkisme memiliki peran yang signifikan dalam punk. Begitu juga sebaliknya, punk memberikan pengaruh yang besar pada wajah dunia anarkisme kontemporer.
Beberapa band punk penting yang cukup popular dan dianggap sebagai pelopor dari gerakan anarko-punk antara lain Crass, Conflict, dan Subhumans. Sedangkan di indonesia beberapa band anarko-punk yang cukup populer antara lain Marjinal, Bunga Hitam, dan lain sebagainya.
Beberapa isu politik yang banyak diangkat oleh anarko-punk antara lain dukungannya terhadap gerakan anti perang, hak hidup satwa, feminisme, isu lingkungan, kebersamaan, anti kapitalisme, dan beberapa kasus-kasus yang juga banyak diangkat oleh para anarkis pada umumnya.
ANARKHISME
Anarkisme atau dieja anarkhisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuh suburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan.
Secara spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki berarti koordinasi dan pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan secara luas sebagai pihak yang superior dalam wilayah ekonomi, politik dan administratif (baik pada ranah publik maupun privat).
Anarko-skinhead
Anarko-skinhead atau Anarko-skin adalah sebutan untuk sebuah gerakan anarkisme yang dilakukan oleh para Skinhead, mereka adalah kelompok skinhead anti-fasis yang fanatik, dan juga berasal dari kelas pekerja. Kebanyakan dari mereka bergabung dengan kelompok-kelompok anarkis seperti ASAP (Anarchist Skins and Punks/Kelompok Skinhead dan Punk Anarkis) di Amerika Serikat dan FASH (Federacion Anarco-Skinhead/Federasi Anarcho-skinhead) di Spanyol dan sebagian wilayah Amerika Latin. Beberapa lainnya bergabung dengan kelompok anti-rasis seperti SHARP (Skinheads Against Racial Prejudice) atau kelompok kiri seperti RASH (Red and Anarchist Skinheads). Serta banyak juga yang tidak bergabung dengan kelompok politik manapun.
Skinhead Berasal dari England ..( budaya pakaian sehari-hari)
Skinheads berasal dari England. Celana jeans Levis adalah celana jeans pertama di England waktu ketika dahulu. Sebab itulah banyak Skinheads memakai celana jeans Levis atau barang Levis.
Fred Perry mer ... upakan tim tenis pertama di England yg telah merangkul kejuaraan 3 kali berturut-turut dan berikutnya menaikkan dan mengharumkan nama England dipersada olahraga tenis.
Adidas merupakan barang olahraga yg terkenal di zaman kegemilangan Skinheads di England. Antaranya barang sepak bola.
Lonsdale merupakan sebuah klub tinju di England dan juga menaikkan nama England.
Pada kesimpulannya, semua Skinheads mendukung barang buatan England karena kebanyakan merk barang untuk seorang Skinheads merupakan merk dari England.
The Last Resort adalah tempat jemming untuk Skinheads pada ketika dahulu di England. Hanya disana saja tempat untuk Skinheads. Budak ² Skinheads tidak dapat masuk jemming lain kecuali The Last Resort. Untuk mengenang jasa mereka, Skinheads telah menamakan band mereka sebagai The Last Resort.
L-London
E-England
V-Violence
I-Is
S-Skinhead
This is England: (analisis kasus)
Inggris Tahun 1983, dan Seterusnya
E-England
V-Violence
I-Is
S-Skinhead
This is England: (analisis kasus)
Inggris Tahun 1983, dan Seterusnya
Shaun bangun dari duduknya dan menghantam Combo. Ia tak suka orang membicarakan mengenai Perang Falkland. Combo, seorang dewasa berbadan kekar yang baru saja keluar dari penjara tak menduga anak 12 tahun itu bakal menghantamnya. Ia kaget, tapi cepat menguasai diri.
“Aku tak suka orang membicarakan Perang Falkland!” teriak Shaun. Ayahnya pergi ke sana sebagai tentara dan tak pernah kembali. Maka ketika Combo berpidato bahwa ayahnya mati sia-sia, Shaun merasa Combo sedang melecehkan ayahnya. Padahal tak ada serangan pribadi terhadap Shaun pada pidato Combo. Ia baru saja keluar dari penjara dan sedang membentuk pasukannya. Shaun yang biasa nongkrong dengan anak-anak tanggung yang dipimpin Woody menjadi sasaran pidato Combo.
Inilah Inggris, kata Combo setengah berteriak. Ia sedang membakar semangat anak-anak muda itu bukan sekadar membela tanah airnya, melainkan juga membersihkannya dari orang-orang kulit berwarna. Termasuk Milk yang berkulit coklat, seorang keturunan Jamaika. Combo berteriak bahwa 3,5 juta orang kulit putih Inggris menjadi penganggur sementara pekerjaan yang layak dipegang oleh para “Pakis”, sebutan merendahkan untuk imigran Pakistan. Lantas Perdana Menteri Inggris saat itu, Margaret Tatcher, alih-alih mencarikan pemecahan malah mengirim orang Inggris ke atlantik untuk berebut kepulauan Falkland (atau Malvinas?) dengan orang-orang Argentina. Sampailah Combo pada pidato yang menyebabkan ia mendapat pukulan dari Shaun. Tapi pukulan itu menandakan Shaun seorang yang istimewa bagi gerakan yang sedang dibangun Combo.
Di akhir pidato, Combo meludah, dan membuat garis dari ludahnya itu. Lewati garis ini dan jangan kembali, pinta Combo kepada gerombolan yang mengingatkan kita pada Alex DeLarge dan kawan-kawan di A Clockwork Orange (Stanley Kubrick). Woody sang pemimpin gerombolan dan beberapa lagi (tentu di antaranya adalah Milk) meninggalkan ruangan itu. Namun Shaun, sebagaimana diperkirakan, tidak keluar. Ia terbakar oleh pidato Combo tadi. Ia memang memukul Combo, tapi itu menjadi semacam jalan pencerahan baginya.
Pukulan Shaun menandai bahwa ia memang seorang anak yang istimewa. Shaun cepat besar, lebih dari usianya. Komentar salah seorang cewek anggota geng, Smell, “ciumanmu seperti ciuman lelaki umur 40”. Shaun marah akan nasib ayahnya, mungkin ia dendam pula menjadi objek bully. Ia pun bergabung dengan pasukan skinhead Combo. Tapi memang bukan hanya Shaun yang punya masalah. Inggris memang punya masalah, kata sutradara film ini, Shane Meadows.
Inggris yang digambarkan dalam film This is England ini adalah Inggris tahun 1983. Perang Falkland memang sedang terjadi dan Inggris sedang dilanda oleh krisis. Krisis ini mendorong ultranasionalisme dan pembentukan kelompok-kelompok skinhead. Mereka melakukan bashing kepada para penduduk kulit berwarna, terutama para keturunan Pakistan. Bahkan film ini menggambarkan adanya sebuah kekuatan politik formal yang diam-diam memayungi kelompok-kelompok skinhead itu.
Tapi, oi!, para skinhead juga manusia. Lingkungan dalam film ini memang penting. Namun, sebagaimana Ratcatcher (Lynn Ramsay), ini memang bukan film politik atau film tentang ideologi. Ini adalah kisah kecil tentang orang-orang yang sedang berjuang dengan dirinya, bahkan ketika orang itu masih berumur 12 tahun.
Shane Meadows menghadirkan perjuangan ini dengan cara yang faktual. Karena disajikan cenderung sebagai fakta kering, aksi para tokoh dalam film ini tak mengarah pada dramatisasi. Ketegangan justru terbangun pada perubahan suasana. Dengan demikian, perilaku karakter terbebaskan dari penghakiman. Tinggallah penonton menjawab semacam pertanyaan-pertanyaan moral dalam film ini.
This is England adalah sebuah contoh finesse filmmaking. Shane Meadows tahu benar caranya mempekerjakan elemen-elemen filmnya untuk mendapatkan bahasa yang halus. Ia tak sekadar membangun drama, tapi juga mengantarkan rasa dalam film ini. Dengan sinematografi, editing, dan pemilihan warna, film berubah suasana nyaris tanpa terasa. Suasana riang di awal film pelan-pelan menjadi semakin tegang. Udara seakan menjadi mampat di sana. Bayangkan bahwa kehadiran Combo saja sudah berhasil membuat napas jadi sesak dan kita terus menanti apa yang akan meledak. Tentu hasil ini juga lahir dari akting yang sangat natural yang mengingatkan pada gaya akting para pemain film Iran yang kebanyakan bukan aktor profesional.
Akhirnya memang ada sesuatu yang meledak pada This is England! Arah datangnya lumayan bisa diduga. Sama halnya dengan masa depan pokok soal yang dibahas di film ini, yakni rasisme, ultranasionalisme, dan segala tetek bengek yang menghasilkannya. Lewat film ini, Shane Meadows mengunjungi tahun 1983 dan mengantar period drama kontemporer yang sedang banyak dibuat di Eropa. Seakan mereka sedang mengajukan hipotesa tentang masa kini dan masa depan dari sana.
Jika tokoh Shaun benar-benar ada, di tahun 2007 ia berumur 36 tahun, umur yang pantas untuk membentuk pasukannya sendiri. Mungkin Shaun dan orang semacamnya, sebagaimana ia merasa dihina oleh pidato Combo, bisa jadi juga terkejut sekali dengan runtuhnya tembok Berlin. “Shaun” pada 2007 mungkin bangun pula dari duduk atau siuman panjangnya dan berdiri setelah keterkejutan itu, dan siap melayangkan pukulan. Dan Shane Meadows melalui film ini sedang bertanya kepada Inggris atau mungkin kepada Eropa: siapakah yang akan dipukul oleh orang seperti Shaun saat ini?
This is England
Sutradara dan penulis skenario: Shane Meadows.
Pemain: Thomas Turgoose (Shaun), Stephen Graham (Combo), Joseph Gilgun (Woody), Andrew Shim (Milky), Vicky McClure (Lol)
“Aku tak suka orang membicarakan Perang Falkland!” teriak Shaun. Ayahnya pergi ke sana sebagai tentara dan tak pernah kembali. Maka ketika Combo berpidato bahwa ayahnya mati sia-sia, Shaun merasa Combo sedang melecehkan ayahnya. Padahal tak ada serangan pribadi terhadap Shaun pada pidato Combo. Ia baru saja keluar dari penjara dan sedang membentuk pasukannya. Shaun yang biasa nongkrong dengan anak-anak tanggung yang dipimpin Woody menjadi sasaran pidato Combo.
Inilah Inggris, kata Combo setengah berteriak. Ia sedang membakar semangat anak-anak muda itu bukan sekadar membela tanah airnya, melainkan juga membersihkannya dari orang-orang kulit berwarna. Termasuk Milk yang berkulit coklat, seorang keturunan Jamaika. Combo berteriak bahwa 3,5 juta orang kulit putih Inggris menjadi penganggur sementara pekerjaan yang layak dipegang oleh para “Pakis”, sebutan merendahkan untuk imigran Pakistan. Lantas Perdana Menteri Inggris saat itu, Margaret Tatcher, alih-alih mencarikan pemecahan malah mengirim orang Inggris ke atlantik untuk berebut kepulauan Falkland (atau Malvinas?) dengan orang-orang Argentina. Sampailah Combo pada pidato yang menyebabkan ia mendapat pukulan dari Shaun. Tapi pukulan itu menandakan Shaun seorang yang istimewa bagi gerakan yang sedang dibangun Combo.
Di akhir pidato, Combo meludah, dan membuat garis dari ludahnya itu. Lewati garis ini dan jangan kembali, pinta Combo kepada gerombolan yang mengingatkan kita pada Alex DeLarge dan kawan-kawan di A Clockwork Orange (Stanley Kubrick). Woody sang pemimpin gerombolan dan beberapa lagi (tentu di antaranya adalah Milk) meninggalkan ruangan itu. Namun Shaun, sebagaimana diperkirakan, tidak keluar. Ia terbakar oleh pidato Combo tadi. Ia memang memukul Combo, tapi itu menjadi semacam jalan pencerahan baginya.
Pukulan Shaun menandai bahwa ia memang seorang anak yang istimewa. Shaun cepat besar, lebih dari usianya. Komentar salah seorang cewek anggota geng, Smell, “ciumanmu seperti ciuman lelaki umur 40”. Shaun marah akan nasib ayahnya, mungkin ia dendam pula menjadi objek bully. Ia pun bergabung dengan pasukan skinhead Combo. Tapi memang bukan hanya Shaun yang punya masalah. Inggris memang punya masalah, kata sutradara film ini, Shane Meadows.
Inggris yang digambarkan dalam film This is England ini adalah Inggris tahun 1983. Perang Falkland memang sedang terjadi dan Inggris sedang dilanda oleh krisis. Krisis ini mendorong ultranasionalisme dan pembentukan kelompok-kelompok skinhead. Mereka melakukan bashing kepada para penduduk kulit berwarna, terutama para keturunan Pakistan. Bahkan film ini menggambarkan adanya sebuah kekuatan politik formal yang diam-diam memayungi kelompok-kelompok skinhead itu.
Tapi, oi!, para skinhead juga manusia. Lingkungan dalam film ini memang penting. Namun, sebagaimana Ratcatcher (Lynn Ramsay), ini memang bukan film politik atau film tentang ideologi. Ini adalah kisah kecil tentang orang-orang yang sedang berjuang dengan dirinya, bahkan ketika orang itu masih berumur 12 tahun.
Shane Meadows menghadirkan perjuangan ini dengan cara yang faktual. Karena disajikan cenderung sebagai fakta kering, aksi para tokoh dalam film ini tak mengarah pada dramatisasi. Ketegangan justru terbangun pada perubahan suasana. Dengan demikian, perilaku karakter terbebaskan dari penghakiman. Tinggallah penonton menjawab semacam pertanyaan-pertanyaan moral dalam film ini.
This is England adalah sebuah contoh finesse filmmaking. Shane Meadows tahu benar caranya mempekerjakan elemen-elemen filmnya untuk mendapatkan bahasa yang halus. Ia tak sekadar membangun drama, tapi juga mengantarkan rasa dalam film ini. Dengan sinematografi, editing, dan pemilihan warna, film berubah suasana nyaris tanpa terasa. Suasana riang di awal film pelan-pelan menjadi semakin tegang. Udara seakan menjadi mampat di sana. Bayangkan bahwa kehadiran Combo saja sudah berhasil membuat napas jadi sesak dan kita terus menanti apa yang akan meledak. Tentu hasil ini juga lahir dari akting yang sangat natural yang mengingatkan pada gaya akting para pemain film Iran yang kebanyakan bukan aktor profesional.
Akhirnya memang ada sesuatu yang meledak pada This is England! Arah datangnya lumayan bisa diduga. Sama halnya dengan masa depan pokok soal yang dibahas di film ini, yakni rasisme, ultranasionalisme, dan segala tetek bengek yang menghasilkannya. Lewat film ini, Shane Meadows mengunjungi tahun 1983 dan mengantar period drama kontemporer yang sedang banyak dibuat di Eropa. Seakan mereka sedang mengajukan hipotesa tentang masa kini dan masa depan dari sana.
Jika tokoh Shaun benar-benar ada, di tahun 2007 ia berumur 36 tahun, umur yang pantas untuk membentuk pasukannya sendiri. Mungkin Shaun dan orang semacamnya, sebagaimana ia merasa dihina oleh pidato Combo, bisa jadi juga terkejut sekali dengan runtuhnya tembok Berlin. “Shaun” pada 2007 mungkin bangun pula dari duduk atau siuman panjangnya dan berdiri setelah keterkejutan itu, dan siap melayangkan pukulan. Dan Shane Meadows melalui film ini sedang bertanya kepada Inggris atau mungkin kepada Eropa: siapakah yang akan dipukul oleh orang seperti Shaun saat ini?
This is England
Sutradara dan penulis skenario: Shane Meadows.
Pemain: Thomas Turgoose (Shaun), Stephen Graham (Combo), Joseph Gilgun (Woody), Andrew Shim (Milky), Vicky McClure (Lol)
Beruntung pada suatu waktu seorang teman membawa DVD film ini. Karya sinematografi yang digarap dengan sangat serius, meski hanya sekedar sebuah film indie. Bukan usaha yang sia-sia, sebab akhirnya ia diganjar sebagai Film Terbaik dalam British Independent Film Award.
Sebuah cerita sederhana dari sudut pandang seorang anak kecil yang menghadapi realitas politik era Margaret Thatcher. Semuanya berjalin kelindan dengan kompleksitas pribadi Shaun yang diperankan dengan sangat memukau oleh Thomas Turgoose.
Kehidupan Shaun yang serba tertindas dalam pergaulan membawanya dalam sebuah komunitas baru yang serba fashionable dan gaul. Semua dilakukan hanya karena ia merasa perlu diakui di lingkungannya, meskipun hanyalah sebagai seorang anak kecil. Cerita berlanjut saat akhirnya ia harus ikut-ikutan gerakan politik melawan kediktatoran pemerintah tentang kebijakan perang pada saat itu.
Penggambarannya sangat sederhana, karena penonton diajak melihat realitas dari sudut pandang seorang anak kecil yang terlanjur tercebur dalam ketidaktahuannya tentang keseluruhan seluk kehidupan. Kelompok muda yang masih sangat belia memang selalu menjadi korban sentimen politik karena begitu mudah dikompori, dan memiliki asas fanatisme yang kadang berlebihan. Sedangkan dilain sisi, mereka tetaplah anak muda dengan segala kenakalan dan kebutuhan bersenang senang.
Bagi yang menyukai dialog dengan aksen British yang kental, film ini sangat saya rekomendasikan. Apalagi lirik-lirik soundtrack-nya juga sangat kritis dan mudah diterima. Semuanya dalam bahasa mendalam, tapi terbungkus kesederhanaan ala muda mudi.
Sebuah cerita sederhana dari sudut pandang seorang anak kecil yang menghadapi realitas politik era Margaret Thatcher. Semuanya berjalin kelindan dengan kompleksitas pribadi Shaun yang diperankan dengan sangat memukau oleh Thomas Turgoose.
Kehidupan Shaun yang serba tertindas dalam pergaulan membawanya dalam sebuah komunitas baru yang serba fashionable dan gaul. Semua dilakukan hanya karena ia merasa perlu diakui di lingkungannya, meskipun hanyalah sebagai seorang anak kecil. Cerita berlanjut saat akhirnya ia harus ikut-ikutan gerakan politik melawan kediktatoran pemerintah tentang kebijakan perang pada saat itu.
Penggambarannya sangat sederhana, karena penonton diajak melihat realitas dari sudut pandang seorang anak kecil yang terlanjur tercebur dalam ketidaktahuannya tentang keseluruhan seluk kehidupan. Kelompok muda yang masih sangat belia memang selalu menjadi korban sentimen politik karena begitu mudah dikompori, dan memiliki asas fanatisme yang kadang berlebihan. Sedangkan dilain sisi, mereka tetaplah anak muda dengan segala kenakalan dan kebutuhan bersenang senang.
Bagi yang menyukai dialog dengan aksen British yang kental, film ini sangat saya rekomendasikan. Apalagi lirik-lirik soundtrack-nya juga sangat kritis dan mudah diterima. Semuanya dalam bahasa mendalam, tapi terbungkus kesederhanaan ala muda mudi.
Nb:menurut pendapat saya,semakin pergerakan skinhead ini berkembang akan memberikan pengaruh positif , Baik dilihat dari segi tingkat perubahan pertumbuhan ekonomi atau peningkatan kesejahteraan. Dan yang terjadi masyarakat akan mempunyai pola pemikiran baru dalam penemuan- penemuan kehidupan sosial yang baru oleh anggota masyarakat (Talcott Parsons)
0 komentar:
Posting Komentar